Petik khikmahnya

Assalamu’alikum wr wb
Selamat malam semua. Bagaimana kabarnya ni? Lama nian tak jumpa, kembali dengan e-paper saya ya.. pada kesempatan yang kali ini saya berniat menulis sebuah cerita singkat tentang pengalaman saya, pengalaman yang menyadarkan saya bahwa indah tak selama7nya sehat. Ya saya dulu berpikiran demikian. Sekarang kadang juga sama tapi tidak lagi sepenuhnya berpikiran seperti itu. Tak menunggu lama langsung aja kita mulai.

TAK SELAMANYA INDAH ITU SEHAT DAN ENAK DI PANDANG
Judulnya udah ketebak ya.. eitss tunggu dulu. Dari judul itu teman – teman pasti mikirnya apa ya..?, Ape noh... aduh gimana sih mau nebak ga nyampe, maklumi aja saya bukan peramal atau ahli hal tebak menebak. Jujur paling bete main  tebak – tebak an apalagi peka –peka an, kode - kode anmmmmm. Lebih baik to the point ya daripada kode – kode an. Kaya anak remaja yang baru puber aja. Ingat umur udah hampir kepala dua atau bahkan udah kepala dua. Masa puber udah hampir hilang, tidak berlaku anggapan sebagai remaja lagi, bukan remaja lagi, udah peralihan menuju dewasa jadi please jangan bilang “maaf ya..itu hanya kenakalan remaja seumuranku”. Hello !!! Saling mengingatkan aja ya, “wahai teman – teman yang hendak menginjak dewasa dan meninggalkan usia remajanya. Kalian itu masa dimana harusnya memikirkan masa depan yang lebih matang bukan berpikir yang gak guna dan kalian itu tempatnya bertanggungjawab". Awal perjalanan teman - teman menjadi dewasa.
Dari tadi tuh ngomongin dewasa melulu.. emang apa sih dewasa itu? Tulis dikomentar ya Apa itu dewasa*???menurut kalian aja, ga usah search Google ga perlu perlu, kalian make Google ?,  berarti kalian masih ketergantungan dengan mesin pencari yang selalu terngiang di kepala anda. Pernah saya baca di Kamus Besar Bahasa Indonesia, de.wa.sa (1); 1. Sampai umur; akil baligh (bukan kanak – kanak atau remaja lagi), 2. Telah mencapai kematangan kelamin, 3. Matang (tentang pikiran, pandangan, dan sebagainya). de.wa.sa (2) waktu masa (akhir – akhir ini). Itu menurut KBBI. Menurut saya singkat aja dewasa itu “DEWASA ketika kamu mengambil sebuah pilihan, tahu resiko, dan tanggungjawabnya” udah. Dibalik opini saya tentang dewasa .. . Jadi begini, contoh sedehananya dalam sebuah kasus perbedaan orang dewasa dengan anak – anak.
Kasus pertama
Ketika anak – anak diberi pilihan Jeruk atau Mangga, si anak akan jawab, mangga. Kemudian opsinya dibalik Mangga atau Jeruk, si anak akan mengambil jeruk. Terus ada lagi ini Jeruk Mangga apa Semangka dia ambil semangka tapi jeruk dan mangganya dimakan juga. Hayo siapa yang kaya gitu bis saya tanyakan kedewasaan teman – teman nanti. Sans ya..
Kasus kedua
Orang dewasa akan tetap memilih pilihannya dengan mantap dan jelas kalau dia memilih salah satu dari opsi yang diberikan. Karena ketika  saya memilih yang lain maka saya tidak mendapat keuntungan yang banyak dibanding saya memilih yang saya pilih dengan hati. Ga selamanya pilihan hati teman - teman ga ada eleknya yo..pilihan yang dipilih orang dewasa akan selalu ada negatifnya walaupun itu sejumput. Jangan sedih dulu seyogyanya sikap orang dewasa akan lebih mengerti dengan resiko yang akan diterima serta tahu bagaimana menyikapinya dengan tanggungjawab yang harus dilakukan. Itu baru orang dewasa.
Cukup ya bincang – bincang tentang dewasanya.. kita kembali ke judul. Pengalaman saya ketika saya umur 9 y/o dan itu masa saya ketika duduk dibangku sekolah dasar. Setiap anak perempuan selalu dimanjakan oleh orang tuanya terutama ayahnya apalagi saya anak putri tunggal, betul sekali saya unting – unting. Sebagai anak tunggal terlihat ya dimanjanya seperti apa. Eitsss jangan berpikiran begitu dulu. Realita saya jauh dari kata manja. Dahulu saya memang manja dengan ayah saya namun, ayah saya tidak memperlakukan saya dengan sikap saya yang manja. Manja hanya dunia saya sendiri harapan saya ingin sekali dimanja dan sayang berlebih oleh ayah dan Ibu saya tapi, takdir menuliskan lain dari yang lain. Dahulu keinginan saya akan terwujud kalau saya masuk lima besar dalam rank sekolah. Untuk anak sekolah dasar saya belajar hanya satu tujuan agar keinginan saya tercapai dan alhamdulillah semua keinginan saya tercapai dengan segala usaha saya belajar tiap malam dan sendirian, tentu sendirian saya dulu orangnya tertutup dengan orang sekitar, teman saya hanya itu – itu saja. Ga mau sombong ni saya paling suka waktu – waktu belajar sunyi malam – malam ditemani suara jangkrik punya ayah saya dulu. Saya bosan sebenarnya tapi kalau saya tidak bosan saya tidak akan mendapat hal  yang saya inginkan. Kalian pengen tahu hal apa yang saya inginkan ? ga akan saya kasih tau, kalau kalian tahu berabe saya. Ada hal yang saya inginkan dan itu sangat memberatkan orang tua saya. Itu alasan saya tidak ingin memberi tahu. Tapi jangan sampai teman – teman berpikiran aneh ya.
Ada peristiwa yang sangat envoi, singkat dan agak – agak gimana gitu.. dahulu saya itu punya cincin putih kecil. Saya beli cincin itu ditukang loak mainan. Saya membeinya dengan uang saya hasil jualan dari kerajinan flanel, dari dulu emang udah ada bakat jadi nona lapak hihi. Anehnya pertama kali beli barang yang kelihatan berharga itu saya sangat bahagia. Saya selalu melihat jari – jemari kecil saya, eh bukan kecil agak berisi.
Memiliki jari yang lumayan berisi membuat saya sangat sulit mencari sebuah cincin mainan itu teman – teman makanya saya nekad beli di tukan loak mainan yang notabene itu adalah toko aksesoris untuk remaja umran 12-15 th. Jari saya udah kategori anak remaja, hmm.. awalnya saya pakai sampai pada suatu saat ketika saya merasa ga enak dengan memakai cincin itu saya mencoba melepaskannya tapi tidak bisa. Selalu gagal, terus saya coba, samai saya matur ke Ibu bagaimana caranya ini biar lepas, dalam angan saya masa dipotong jari saya. Ga mau, ga mau. Saya nangis tapi yang lain ga tahu soalnya menangis dalam diam.. bukan bukan, saya hanya khawatir jari manis saya ga ada satu. Setelah hampir beberapa jam berlalu saya dibantu Om saya alias suaminya adek ayah saya dengan menggunakan tang. Pikir seorang anak sekolah dasar, woah pakai tang apa tangan saya akan dibuatnya remuk? Sumpah saya mberes mili cah. Ya Allah begini kah nasib akhir jari hamba. Ketika tang mendekati jari dan ternyata yang ditang cincin saya. Ibu bilang gini, ini bukan emas kan ini mainan kan dek? Nggeh buk, he emmm mainan ? jawabku. Wah kalau waktu itu umur saya 18 th saya akan berpikiran Ibu eman sama emasnya daripada jari manis tangan saya hihi.. Astaghfirullah ga itu kali ya.
Perjuangan memakai tang membuat tangan saya basah dan berdarah, bengkak biru hem pokonya kaya bawang merah dikasih obat merah terus ditusuk – tusuk pake tusuk gigi. Setelah satu abad berlalu,.... kiranya  1 jam berlalu lepas deh tu cincin dengan hasil cincin yang lingkaran kaya donat koyak 1/6 bagian. Saya bagia dan langsung membuang cincin itu. Saya buang di sungai kecil dekat rumah saya. Kalau mengingat ini lagi tu rasanya pengen ketawa. Kenapa dulu harus punya cincin itu ya?, kenapa harus make tang?, kenapa sampai nangis?, kenapa sampai nekad beli mainan cincin gituan?. Banyak pertanyaan yang terlitas. Yahh itu kengan masa kecil yang memberi saya pengajaran bahwa yang terlihat indah seperti cincin mainan itu tak selamanya indah tak selamanya bermanfaat dan tak selamanya berguna. Dewasa ini saya menyadari bahwa apa yang kamu pilih dan kamu lakukan pada diri kamu ataupun pada orang lain anda harus tau resiko dan tanggungjawabnya jangan bilang “ITU HANYA” itu nanya plin plan bukan orang bukan dewasa.
Sekian dari saya, “Ono kupat bumbune santen, menawi ingkang lepat kulo nyuwun pangapunten” Wassalamualaikum wr wb and cheerio

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Report text "Pufferfish"

Reading for academic purposes "Text 11 Teaching for Character and Community"

Text 12 STICKS AND STONES